"tetapi carilah dahulu kerajaan Allah maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Matius 6:33)
24 Nov 2009
Indonesia Baru, Indonesia Bangkit!!!
Seorang Bapa tidaklah mungin memerintahkan anaknya untuk berbuat segala sesuatu yang berbau dengan kejahatan. untuk itu, Allah Bapa mengajarkan kita agar menjaga sikap dalam setiap keadaan yang ada. mungkin anda berfikir, untuk apakah saya berada dalam Negara Indonesia ini, sedangkan Negara ini tidak memberikan dampak kekekalan bagiku?
pertanyaan yang muncul tersebut adalah suatu dampak negatif bagi kehidupan kita anak Allah.
namun, pada kenyataannya Allah meskipun telah banyak menerima cacatan dari kita apa yang Dia lakukan, Dia membuat negeri kita berkembang dengan sendirinya oleh Kuasa Yesus Kristus lalu, untuk apakah kita yang ada didalamnua?
kita tidak boleh termenung melainkan, buang kursimu singkirkan roh kemalasan, bangkitkan adrenalin anda dan berkata, "BANGKITLAH INDONESIA" untukmu, indonesia-ku............
Haleluya.... Raja Shalom Akan Menjadi Pemerintah Negri ini. Aminnnnnnnn
10 Nov 2009
Natal Or Christmas Day
Sinterclass
Posted in Dongeng dengan kaitan (tags) Huntelaar on 12/30/2008 by mtopan
Seperti halnya kota-kota lain di Inggris, para keluarga di Birmingham sejak awal Desember sudah sibuk berbelanja pernak-pernik, lampu, maupun hiasan Natal untuk dipajang di rumah mereka. Banyak kafe, bar, dan toko, walau pemiliknya ada yang beragama Muslim dan Hindu, juga ikut memasang pohon-pohon terang sebagai etalase untuk memikat pengunjung.
Namun pemandangan yang paling sering ditemui adalah orang-orang yang berdandan ala Santa Claus alias Noel Baba alias Sinterklas, tokoh favorit yang selalu muncul menjelang perayaan Hari Natal.
Mulai dari pergi ke bar untuk berpesta, mencari uang, sampai mengikuti turnamen lari maraton, pasti ada yang memakai topi atau kostum merah khas Sinterklas. Berunjuk rasa-pun juga memakai kostum Sinterklas seperti yang dilakukan akhir pekan lalu di London.
Berkat imajinasi para pujangga Amerika dan gencarnya iklan perusahaan minuman ringan Coca-Cola, tokoh suci asal Turki bernama Santo (St) Nicholas berubah menjadi kakek periang nan menggemaskan bernama Sinterklas yang membawa banyak hadiah dengan mengendarai kereta yang ditarik sekelompok rusa terbang dari Kutub Utara.
Seperti yang diberitakan harian “The Sunday Times” akhir pekan lalu, para ilmuwan telah merampungkan rekonstruksi wajah “Sinterklas” yang sebenarnya. Dengan memanfaatkan kecanggihan komputer seorang antropolog dari Universitas Manchester, Caroline Wilkinson, menyajikan wajah St.Nicholas dalam bentuk tiga dimensi.
Perupaan tersebut bersumber dari penelitian tulang tengkorak St. Nicholas yang dilakukan atas seizin Gereja Vatikan di Gereja San Nicola, Bari, Italia, pada dekade 1950-an.
Hasilnya sungguh berbeda dari rupa Sinterklas yang sering kita saksikan melalui berbagai iklan dan kartu ucapan. Seperti yang ditayangkan stasiun televisi BBC pada akhir pekan ini, wajah St. Nicholas yang sebenarnya, menurut versi komputer, merupakan seorang pria berewok berhidung patah berusia 60-an tahun yang sepintas lebih mirip seorang kriminal ketimbang seorang kakek yang lucu.
St. Nicholas yang Legendaris
Menurut data yang dihimpun situs lembaga sosial asal Amerika, St. Nicholas Center, Nicholas lahir pada abad ke-3, konon pada tahun 270, di Desa Patara, sebelah selatan Turki, yang dulu masih bernama Bynzantium di bawah kekuasan Kekaisaran Romawi.
Dia merupakan anak keluarga berada, namun Nicholas kecil menjadi yatim-piatu saat kedua orang tuanya wafat karena wabah penyakit.
Kepatuhannya atas ajaran cinta kasih kepada sesama yang dilakukan Yesus Kristus seperti yang tertulis di Alkitab membuat Nicholas tidak segan-segan menyisihkan kekayaan yang diwariskan orang tuanya kepada mereka yang berkekurangan, sakit, maupun yang sedang menderita.
Sifat kedermawanannya yang melekat membuat Nicholas muda mengabdikan dirinya untuk melayani sesama dengan menjadi uskup di Kota Myra. Nama Nicholas menjadi terkenal di penjuru Myra karena secara tulus membantu masyarakat yang lemah, para pelaut, dan sangat sayang kepada anak-anak.
Sifat welas asih Nicholas tak pelak menjadi legenda dan salah satunya yang terkenal, yaitu kisah seorang ayah dan tiga anak perempuannya yang hidup dalam kemiskinan. Demi menyambung hidup, tiada jalan keluar bagi ayah tersebut selain melepas ketiga putrinya sebagai pengantin.
Masalahnya, mereka tidak punya harta yang berharga sebagai mas kawin untuk memikat mempelai laki-laki. Menurut tradisi setempat, semakin berharga mas kawin yang disediakan, makin besar peluang untuk dipersunting laki-laki dari kaum berada.
Keajaiban terjadi di tengah kegundahan ayah tersebut, yang berencana melacurkan ketiga putrinya demi mendapatkan mas kawin. Tiga malam berturut-turut sekantung emas dilemparkan ke dalam rumah keluarga tersebut sebagai pengganti mas kawin.
Pada malam ketiga, ayah ketiga putri tersebut mengintip untuk mencari tahu siapa yang melempar kantung-kantung emas itu. Keesokan harinya dia tidak segan-segan untuk mengabarkan ke penjuru Kota Myra bahwa Nicholas-lah yang memberikan kebaikan kepada mereka.
Kisah tersebut akhinya memunculkan tradisi di negara-negara Barat bahwa menjelang hari Natal anak-anak membantu orang tua mereka memasang beberapa kantung atau kaus kaki panjang di dekat Pohon Terang. Siapa tahu Sinterklas akan menaruh hadiah di kantung-kantung tersebut pada suatu malam.
Selain itu ada juga cerita bahwa yang dilempar Nicholas kepada rumah keluarga miskin tersebut bukanlah tiga kantung emas melainkan bola-bola emas. Itulah sebabnya Sinterklas juga disimbolkan dengan tiga bola emas, yang bisa juga diganti dengan jeruk.
Nicholas juga dikabarkan sempat mendekam di penjara dan menjalani masa pengasingan atas perintah Kaisar Diocletian, yang sangat antikristiani. Konon sebagian besar penghuni penjara Romawi merupakan para uskup dan kaum rohaniwan ketimbang bramacorah maupun pembunuh.
Setelah bebas, Nicholas tetap setia menjadi pengikut Kristus dan menerapkan ajaran cinta kasih kepada umat dan masyarakat sekitar hingga akhir hayatnya pada tanggal 6 Desember 343 dan dimakamkan di gereja di Myra. Tidak lama kemudian dia dianugerahi gelar oleh Gereja Vatikan sebagai orang suci (Santo). Tanggal wafatnya diperingati sebagai hari perayaan Santo Nicholas.
Jasadnya Diperebutkan
Sayang, kepicikan kalangan rohaniwan Kristen Eropa di abad pertengahan membuat jasad St.Nicholas tidak dapat beristirahat dengan tenang dan diperlakukan sebagai barang dagangan karena dianggap benda keramat untuk menarik minat banyak peziarah sehingga mendatangkan keuntungan bagi tempat ibadah dan kota setempat.
Menurut data dari The Sunday Times Magazine, konon beberapa gereja memiliki potongan tulang belulang St. Nicholas. Tiga gereja di Prancis mengklaim memiliki beberapa tulang St. Nicholas, seperti di gereja di Toulouse yang menyimpan tulang jari, gereja di Rimini yang mengoleksi tulang lengan, sedangkan di Corbie menyimpan potongan gigi.
Namun yang paling terkenal adalah gereja di Bari yang menyimpan tengkorak St. Nicholas hasil curian dari kuburan di gereja di Turki. Pada awal bulan Mei 1087, sekelompok tentara bayaran dan pelaut Kristen asal kota Bari, Italia, berhasil menyelinap ke kota pelabuhan Myra di sebelah selatan Turki menuju ke suatu biara. Di biara tersebut, konon mereka berhasil mencuri tulang belulang St. Nicholas. Pencurian tersebut sampai kini tetap dikenang melalui prosesi tahunan yang dilakukan setiap tanggal 6 Mei di lepas pantai Bari.
Gereja San Nicola, Bari, yang menyimpan tulang-belulang curian tersebut kini menjadi salah satu tempat ziarah paling favorit di Eropa. Menurut pakar sejarah teologi dari Universitas Oxford, Pendeta Alister McGrath, kepemilikan tulang-belulang St.Nicholas di beberapa gereja terkait dengan pemahaman bahwa kepemilikan benda-benda keramat erat kaitannya dengan doktrin kekuasaan gereja di abad pertengahan.
“Makin banyak benda keramat yang disimpan di suatu gereja, makin besar pula dominasi gereja tersebut di tengah banyaknya tempat ibadah. Ziarah mendatangkan bisnis dan kepemilikan benda-benda keramat dari orang suci menarik banyak turis,” kata McGrath.
Evolusi menjadi Sinterklas
Di Eropa hari wafatnya Santo Nicholas, 6 Desember, ditetapkan sebagai hari raya. Tradisi tersebut muncul berkat kebiasaan yang dilakukan para biarawati Prancis pada abad ke-12.
Diilhami dari kisah “tiga kantung emas” tersebut, pada malam hari raya Santo Nicholas para biarawati selalu membagikan hadiah kepada keluarga-keluarga miskin berupa kacang, jeruk, dan manisan yang dibungkus dalam kantung. Kebiasaan tersebut menyebar ke daerah-daerah di sekitar Prancis dan akhirnya menjadi tradisi di penjuru Eropa.
Namun pada abad ke-16, popularitas perayaan St. Nicholas mengundang kegundahan bagi kalangan rohaniwan gereja Protestan di Jerman dan Belanda yang meyakini bahwa tokoh yang sepatutnya disembah hanyalah Yesus Kristus.
Mulanya kalangan gereja sempat melarang masyarakat membawa dan membagikan manisan di hari raya St. Nicholas, seperti yang terjadi di Amsterdam. Namun larangan tersebut hanya mengakibatkan kemarahan dan pembangkangan dari masyarakat dan akhirnya tidak populer.
Tradisi perayaan St. Nicholas kemudian diperkenalkan para imigran Belanda di Amerika Serikat (AS). Namun di negeri Paman Sam itulah citra St. Nicholas secara bertahap “dipercantik” oleh para pujangga setempat dari sekadar orang baik dan suci menjadi seorang kakek sakti yang gemar berkelana.
Mula-mula seorang penulis bernama Washington Irving pada tahun 1809 mencitrakan St. Nicholas sebagai pelindung Kota New York yang berkelana dengan kuda. Pada tahun 1822, pujangga bernama Clement C. Moore melalui sajaknya A Visit from St. Nicholas berkhayal bahwa St. Nicholas mengendarai kereta yang ditarik rusa-rusa terbang untuk membawa hadiah kepada anak-anak baik melalui cerobong asap rumah.
Kemudian seorang kartunis bernama Thomas Nast dalam koran Harper’s Weekly pada tahun 1860 menggambarkan tampilan fisik St. Nicholas sebagai orang tua yang menghisap cerutu, berjanggut putih lebat, dan memakai ikat pinggang besar. Sejak saat itu St.Nicholas dirubah namanya menjadi Santa Claus atau Sinterklas.
Kartu natal yang menggambarkan Sinterklas memakai jubah merah sebenarnya pertama kali muncul pada tahun 1885. Namun pihak yang paling berperan memperkenalkan Sinterklas dengan tampilan seperti di atas adalah perusahaan minuman ringan, Coca- Cola.
Selama lebih dari 30 tahun berturut-turut sejak 1931, setiap kali menayangkan iklan bertema Natal, Coca-Cola sukses mempertahankan wujud Sinterklas sebagai kakek tambun berjanggut putih, periang, berkelana dengan kereta yang ditarik sekelompok rusa terbang sambil membawa hadiah untuk anak-anak. Karakter St. Nicholas yang bersahaja akhirnya tergantikan oleh Sinterklas yang lucu dengan tawanya yang khas ho..ho..ho..ho.
Tampilan Sinterklas yang periang dengan pipi tembam kemerah-merahan versi khayalan para pujangga Amerika dan Coca-Cola lebih menarik ketimbang perkiraan rupa asli St.Nicholas versi komputer yang terlihat menyedihkan dan tidak komersil. Namun yang jelas tampilan Sinterklas tersebut berhasil menggeser karakter asli St. Nicholas, seperti yang diungkapkan seorang pengusaha asal Turki, Sami Dundar, kepada harian The Wall Street Journal.
Bila St.Nicholas menjadi suri teladan bagi umat Kristiani, menurut Dundar, Sinterklas justru bukan mewakili agama manapun. “Dia adalah industri,” kata Dundar suatu ketika.
Penulis adalah seorang wartawan, tinggal di Birmingham
NARUTO
Posted in Movie on 12/27/2008 by mtopan
Naruto adalah manga dan anime karya Masashi Kishimoto. Bercerita seputar kehidupan tokoh utamanya, Naruto Uzumaki, seorang ninja remaja yang berisik, hiperaktif, dan ambisius; dan petualangannya dalam mewujudkan keinginan untuk mendapatkan gelar Hokage, ninja terkuat di desanya.
Manga Naruto pertama kali diterbitkan di Jepang oleh Shueisha pada tahun 1999 dalam edisi ke 43 majalah Shonen Jump). Di Indonesia, manga ini diterbitkan oleh Elex Media Komputindo. Popularitas dan panjang seri Naruto sendiri (terutama di Jepang) menyaingi Dragon Ball karya Akira Toriyama, sedangkan serial anime Naruto, diproduksi oleh Studio Pierrot dan Aniplex, disiarkan secara perdana di Jepang oleh jaringan TV Tokyo dan juga oleh jaringan televisi satelit khusus anime, Animax, pada 3 Oktober 2002 sampai sekarang. Seri pertama terdiri atas 9 musim. Musim pertama dari seri kedua mulai ditayangkan pada tanggal 15 Februari 2007. Di Indonesia, animeGlobal TV setiap hari Senin hingga Jum’at pada pukul 18.30. Dua episode berurutan ditayangkan sekaligus, sehingga durasi penayangan menjadi satu jam. Trans TV juga pernah menayangkan anime Naruto dan sempat diulang hingga beberapa kali. Indosiar juga akan menayangkan Naruto, namun tidak dari awal melainkan langsung ke Naruto Season 4.
Jurus andalan: rasengan
Tokoh
Naruto Uzumaki
Naruto Uzumaki adalah tokoh utama cerita ini. Ia adalah seorang ninja dari desa Konoha, Salah satu desa militer terkuat di dunia ninja. Naruto dikarakteristikkan sebagai seorang ninja yang penuh kejutan, bersemangat, ceria, hiperaktif, kikuk,lugu, dan sangat ambisius dalam meraih cita-citanya untuk menjadi seorang Hokage, ninja terkuat di Konoha. Dalam tubuh Naruto, tersegel seekor monster rubah ekor sembilan yang pernah menyerang dan hampir menghancurkan desa Konohagakure segel tersebut dibuat oleh ayahnya yondaime (minato kamikaze) hokage ke 4 yang menimbulkan kematian pada ayahnya. Karena monster yang ada dalam tubuhnya itulah, ia dijauhi oleh penduduk desa di masa kecilnya hingga ia bertekat membuktikan kepada masyarakat di Konoha bahwa ia akan menjadi Hokage agar ia bisa diakui di desa itu, sekaligus menjadi incaran ninja-ninja yang menginginkan kekuatan Kyuubi, si rubah ekor sembilan.
Ia sanggat menyukai Sakura Haruno, namun cintanya bertepuk sebelah tangan karena Sakura lebih menyukai Sasuke daripada Naruto. Naruto adalah putra dari Hokage ke-4 yang bernama Minato Namikaze atau lebih dikenal dengan Yondaime Hokage.
Sakura Haruno
Sakura adalah salah satu rekan satu tim sekaligus wanita idaman Naruto, namun ia lebih menyukai Sasuke daripada Naruto. Dia adalah seorang ninja berbakat yang selalu mendapat nilai sempurna di setiap ujian yang diikutinya. Sakura memiliki kepribadian yang unik dan seringkali ia bertindak di luar nurani untuk menjaga citranya sebagai seorang wanita yang baik dan anggun yang sering disebut dengan “nurani Sakura”.
Sasuke Uchiha
Sasuke adalah teman satu tim Naruto bersama dengan Sakura. Ia adalah seorang ninja berbakat yang selalu menyendiri dan jarang bergaul. Sikapnya yang dingin serta kemampuan bertarung yang tinggi membuatnya dinilai banyak wanita terutama Sakura dan Ino.
Ia memiliki masa lalu yang kelam dan -sama seperti Naruto- hidup sendirian; tanpa teman dan keluarga. Cita-citanya adalah untuk menjadi ninja yang kuat dan membunuh Itachi Uchiha, kakak kandungnya, yang bertanggung jawab atas kematian seluruh keluarganya.
Jurus andalan: Chidori
Hatake Kakashi
Sasuke adalah teman satu tim Naruto bersama dengan Sakura. Ia adalah seorang ninja berbakat yang selalu menyendiri dan jarang bergaul. Sikapnya yang dingin serta kemampuan bertarung yang tinggi membuatnya dinilai banyak wanita terutama Sakura dan Ino.
Ia memiliki masa lalu yang kelam dan -sama seperti Naruto- hidup sendirian; tanpa teman dan keluarga. Cita-citanya adalah untuk menjadi ninja yang kuat dan membunuh Itachi Uchiha, kakak kandungnya, yang bertanggung jawab atas kematian seluruh keluarganya.
Jurus andalan: Chidori
Guy
Guy adalah seorang Jonin yang sangat bersemangat dan memiliki penampilan mirip dengan Rock Lee, seorang Jonin yang handal dalam taijutsu, ‘menganggap’ Kakashi saingannya. Bertekad untuk menjadikan Rock Lee seorang ninja yang hebat. Pose nice guy dan rambut bob nya menjadi ciri khas dirinya dan Rock Lee.
Jurus andalan: Dynamikku Entori
Rock Lee
Lee adalah seorang ninja yang handal dalam penggunaan taijutsu. Hal ini dikarenakan ia tidak dapat menguasai ninjutsu maupun genjutsu dengan baik. Oleh karena itu, ia berjuang keras untuk menjadi ninja walaupun tidak bisa ninjutsu. Dulunya diejek oleh Neji karena tidak bisa ninjutsu, namun Lee berhasil membuktikan tidak semua ninja harus menguasai ninjutsu. Lee amat mengidolakan guru Guy yang dianggapnya ninja terkuat. Lee menirukan gaya dan penampilan dari Guy. Menyukai Sakura layaknya Naruto tetapi cintanya hanya bertepuk sebelah tangan. Menganggap Neji dan Sasuke merupakan rival.
Jurus Andalan: Konoha Senpuu
Neji Hyuga
Neji adalah seorang keturunan clan terkenal di Konoha yaitu clan Hyuga. Clan ini terkenal akan kemampuan mata yang disebut dengan ‘byakkugan’nya. Berbeda dengan Hinata, Neji berasal dari cabang keluarga Hyuuga kalangan bawah yang harus mengabdi pada kaum kalangan atas Clan Hyuga. Semula ia membenci HinataNaruto pandangannya pun berubah terhadap takdir maupun Hinata dan Kalangan atas serta tahu alasan sang Ayah meninggal. karena hinata suka sama agunk dan kaum kalangan atas karena dianggap penyebab kematian sang ayah tercinta. Neji juga semula percaya bahwa tiap manusia hidup hanya menuruti takdir dan tidak dapat mengubahnya. Tetapi, setelah bertarung dan dikalahkan
Jurus andalan: Byakkugan, Juuken Hou Hakke Rokujuuyonshou
Ino Yamanaka
Ino adalah seorang kunoichi yang satu tim dengan Shikamaru dan Chouji. Ino juga merupakan sahabat lama Sakura saat masih di Akademi, namun sekarang mereka menjadi rival untuk merebut hati Sasuke. Mempunyai sifat yang centil dan cerewet, menyukai SasukeSakura. Ia menyukai berbagai jenis bunga terutama mawar yang berwarna ungu.
Jiraiya
Jiraiya adalah salah satu Legendary Sannin(3 ninja legenda) yang terkenal di Konoha, disamping Orochimaru dan Tsunade. Jiraiya berperan melindungi Naruto dari organisasi rahasia akatsuki dan mengajari jurus dari hokage keempat setelah Naruto beranjak dewasa karena Naruto kerap diincar oleh akatsuki yang menginginkan kekuatan dari “kyubi”.
Jurus andalan: Rasengan
Orochimaru
Salah satu dari 3 ninja legenda selain Jiraiya dan Tsunade. Orochimaru dianggap paling jenius diantara 3 ninja legenda. Awalnya akan diangkat menjadi hokage ke-4 oleh hokage ke-3, Sarutobi, namun karena ia menggunakan ilmu gelap, Sarutobi mengangkat Minato Namikaze sebagai Hokage ke-4. Orochimaru menginginkan kekuatan dan kehidupan yang abadi, sehingga ia mengembangkan jurus Tensei (perpindahan roh) untuk berpindah-pindah tubuh. Ia menginginkan tubuh Itachi yang mempunyai sharingan, namun kemampuannya masih jauh dibawah Itachi, sehingga ia mengincar Sasuke yang menurutnya berpotens
Itachi
Itachi adalah salah satu ninja yang berhianat pada hokage, dia merupakan kakak dari sasuke yang membantai seluruh keluarganya hanya untuk mencoba ilmu yamg dimilinya. itachi juga merupakan anggaota dari Akatsuki yang ditakuti oleh para ninja dan merupakan organisasi yang membahayakan bagi Konoha.itachi juga pernah memburu naruto untuk mengambil rubah ekor 9 tapi semua itu telah di cegah oleh jiraya.
Akatsuki
Akatsuki adalah musuh utama Konoha yang anggotanya terdiri dari ninja-ninja pembunuh yang mempunyai kekuatan yang sangat hebat. Di antara anggota akatsuki juga terdapat kakak sasuke yaitu Itachi ia adalah anggota konoha yang berhianat.karena itu anggota akatsuki menjadi musuh berat konoha yang ingin menghancurkan kerajaan konoha dengan membunuh anak didik atau murid-murid konoha yang masih dalam pembelajaran.
Hokage
ninja pemimpin/terkuat di negara Api. Negara-negara lainnya memiliki kage-kage yang lain semacam Kazekage.Di antara hokage yang ada di samping adalah hokage 1 Shodaime, hokage 2 Nindaime,hokage 3 yondaime, Hokage 4 Shudaime. Ini adalah sejarah hokage yang ada di konoha, yondaime merupakan ayah dari Naruto yang konon katanya masuk dalam kelompok akatsuki dan menjadi pemimpin akatsuki yang menjadi musuh dari kerajaan konoha yang ingin menghancurkan konoha.
Naruto Mania
Khadijah Tul Kubrah Binti Khuwaylid
Posted in Al Kisah on 12/27/2008 by mtopanKisah Istri-istri Nabi
Abdullah Ibnu Jafar pernah mendengar Sayidina Ali berkata; “Wanita terbaik sepanjang masa adalah Siti Maryam binti Imran. Wanita terbaik di jamanku adalah Khadijah binti Khuwailid.”
Sayyidah At-Tahirah
Khadijah hadir di masa bangsa arab di Mekkah memandang rendah kaum wanita. Kala dimana bayi-bayi perempuan dikubur hidup-hidup karena merasa malu. Namun Khadijah seolah membuat kelu lidah para pemuka Arab karena keunggulan sifatnya. Ia menampung bayi-bayi perempuan kecil yang tidak diinginkan ayahnya, mendidiknya dan menjadikan mereka bidadari-bidadari penghias dunia. Karena keikhlasannya, tutur katanya yang santun dan ketegasan sikapnya, masyarakat Mekkah menjulukinya Sayyidah at-Tahirah (si wanita yang suci) dan ada juga yang memanggilnya Sayyidah Nisa’I Quraisy (pemimpin wanita Quraisy).
Khadijah ra berasal dari keluarga bangsawan. Nasabnya berawal dari Qushay yang merupakan keturunan Ismail. Ayahnya adalah Khuwailid binti Asad bin Abdul Uzza bin Qushay.yang merupakan salah satu pemimpin terkemuka sebelum ia meninggal dalam peperangan. Ayahnya adalah orang yang mempertahankan Hajar Aswad dari agresi raja Tubba di Yaman. Sepupunya Waraqah bin Naufal, salah satu cendikia yang hanif dan mengetahui banyak hal. Ia mempelajari semua kitab baik Taurat maupun Injil dan berguru pada orang-orang bijak. Dia mengetahui kebenaran yang diceritakan oleh Musa AS maupun Isa AS bahwa akan datang Nabi terakhir di akhir zaman dan mengetahui ciri-ciri dari Nabi terakhir tersebut. Ia menolak menyembah berhala seperti yang dilakukan kaumnya.
Dua suaminya telah meninggal lebih dulu dan masing-masing memberinya seorang putri yang diberi nama sama yaitu Hindun. Hindun yang pertama menjadi pencerita sejarah perkembangan Islam yang piawai. Sedangkan Hindun yang kedua adalah salah seorang sahabat Rasulullah.
Asal Mula Hari Raya Qurban/ Idul Adha
Posted in Al Kisah on 12/27/2008 by mtopan
Dalam mimpinya ia merasa mendapatkan perintah dari Alloh untuk menyembelih Ismail. Nabi Ibrahim AS terbangun dengan terkejut.
“Astaghfirulloh,” kata Nabi Ibrahim AS dalam hati. “Mungkinkah setan yang telah memberiku mimpi buruk?”
Terjadinya sumur Zamzam
Nabi Ibrahim AS menikah untuk kedua kalinya dengan Hajar, salah seorang pembantu yang berakhlak mulia, atas saran dari istrinya Sarah. Hal itu karena hingga usia mereka yang semakin lanjut, mereka belum juga dikaruniai anak. Sementara Nabi Ibrahim berharap bisa memiliki keturunan untuk meneruskan dakwahnya. Atas izin Alloh, tidak berapa lama kemudian Hajar mengandung dan melahirkan seorang putra yang diberi nama Ismail. Nabi Ibrahim AS sangat bersuka cita. Namun Sarah yang semula begitu menyetujui pernikahan mereka, merasa cemburu melihat Hajar dapat memberi suaminya seorang putra.
“Kenapa bukan aku?” pikirnya.
Setelah kecemburuannya tak tertahankan lagi, ia meminta suaminya untuk mengusir Hajar.
“Suamiku, bawalah Hajar dan anaknya Ismail pergi dari sini, aku tidak tahan melihatnya,” pinta Sarah.
“Tapi, Hajar baru saja melahirkan dan Ismail masih bayi merah, tidak kasihankah engkau pada mereka?” tanya Nabi Ibrahim AS.
“Aku tidak dapat menahan kecemburuanku melihat anugerah yang diberikan Alloh pada Hajar, tolonglah bawa mereka pergi jauh-jauh!” Sarah memohon.
Nabi Ibrahim terdiam. Kemudian turunlah wahyu Alloh yang memerintahkannya untuk membawa Hajar dan Ismail ke sebuah gurun pasir. Maka ia segera menyiapkan perbekalan untuk perjalanan mereka. Esoknya berangkatlah ketiga anak beranak ini dari Palestina menuju gurun pasir yang tandus.
Berhari-hari mereka mengarungi gurun pasir yang tandus dan terik hingga tibalah mereka di suatu tempat yang sekarang bernama Mekah. Alloh memerintahkan Nabi Ibrahim untuk meninggalkan Hajar dan Ismail di tempat itu.
“Istriku, disinilah aku harus meninggalkan engkau dan Ismail. Sementara aku harus kembali ke Palestina dan meneruskan dakwahku,” kata Nabi Ibrahim AS.
Mendengar kata-kata suaminya, Hajar menangis karena ketakutan.
“Suamiku tegakah engkau meninggalkan aku dan anakmu yang baru lahir ini di padang tandus tak berpenghuni ini?” tangisnya. “Kemana nantinya aku encari perlindungan?”
“Hajar istriku. Tentu saja berat hatiku meninggalkan kalian berdua di sini. Tapi ini adalah perintah Alloh. Percayalah pada perlindungan-Nya. InsyaAlloh Ia akan selalu menolongmu,” kata Nabi Ibrahim AS.
Hajar segera menyadari tugas yang diemban suaminya sebagai Nabi, maka dengan ikhlas ia merelakan suaminya untuk kembali ke Palestina.
Nabi Ibrahim AS segera memanjatkan doa, memohon perlindungan Alloh untuk anak dan istrinya, “Ya Alloh lindungilah anak dan istriku dan muliakanlah tanah ini di kemudian hari.”
Kemudian dengan perasaan berat ia berpamitan kepada Hajar dan mencium kening Ismail.
Sepeninggal Nabi Ibrahim, Hajar terduduk di tengah gurun. Matahari seolah ingin membakar semua makhluk yang ada di bawahnya. Setan yang senang menggoda manusia, membisikkan pikiran-pikiran jahat di benak Hajar.
“Hai Hajar. Percayakah engkau dengan yang diucapkan suamimu? Alloh tidak mungkin memberikan perintah yang kejam. Itu pastilah akal-akalan suamimu untuk mengusir kalian,” bisiknya.
“Demi Alloh, aku percaya dengan kemuliaan suamiku. Pergilah dari pikiranku!” Hajar berbicara dalam batinnya.
Untuk menentramkan hati, Hajar memanjatkan doa kepada Alloh SWT, “Ya Alloh yang Maha Agung lindungilah hambaMu. Dan berilah hamba ketabahan serta kesabaran yang tinggi.”
Sebentar saja perbekalan mereka habis. Tak ada air yang tersisa. Ismail mulai menangis karena kelaparan dan kehausan. Hajar mencoba menyusuinya, namun tak setetes pun ASInya yang keluar. Ia mulai panik. Ia mencoba memeras kerudungnya, berharap ada keringatnya yang bisa diminum Ismail, tapi keringatnya pun kering. Ia meletakkan putranya di tanah.
“Anakku, tunggulah di sini. Ibu akan mencoba mencari air. Mudah-mudahan di bukit itu ada mata airnya,” kata Hajar.
Lalu ia berlari-lari kecil mendaki bukit Shofa hingga ke puncaknya. Alangkah kecewanya ia, karena tidak setetes air pun yang ditemukannya. Dari puncak bukit Shofa ia melihat bahwa di bukit satunya (bukit Marwah) sepertinya ada mata air. Maka ia kembali berlari menuruni bukit Shofa dan mendaki bukit Marwah. Namun ternyata yang dilihatnya hanyalah fatamorgana. Tak ada air di sana. Bukit itu sama tandusnya. Tiba-tiba ia melihat bahwa di bukit Shofa ada mata air.
Segera ia kembali menuju bukit Shofa dan menemukan bukit itu tandus. Ia terus berlari bolak-balik antara Shofadan Marwah hingga tujuh kali. Inilah nantinya yang dalam ibadah haji disebut Sa’i.
Hajar sangat kelelahan dan hampir putus asa. Tiba-tiba ia melihat Ismail yang masih menangis, menghentak-hentakkan kakinya ke tanah. Dari hasil hentakkannya itu keluarlah air yang memancar. Hajar segera berlari mendekati anaknya. Air iu memancar deras dan menyebar kemana-mana.
“Zam zam!” kata Hajar yang artinya ‘berkumpullah’.
Air itu kemudian berkumpul dan membentuk sebuah genangan yang luas. Dengan gembira Hajar memberi minum putranya hingga kenyang, lalu ia pun minum untuk menghilangkan dahaganya.
Dalam mimpinya ia merasa mendapatkan perintah dari Alloh untuk menyembelih Ismail. Nabi Ibrahim AS terbangun dengan terkejut.
“Astaghfirulloh,” kata Nabi Ibrahim AS dalam hati. “Mungkinkah setan yang telah memberiku mimpi buruk?”
Terjadinya sumur Zamzam
Nabi Ibrahim AS menikah untuk kedua kalinya dengan Hajar, salah seorang pembantu yang berakhlak mulia, atas saran dari istrinya Sarah. Hal itu karena hingga usia mereka yang semakin lanjut, mereka belum juga dikaruniai anak. Sementara Nabi Ibrahim berharap bisa memiliki keturunan untuk meneruskan dakwahnya. Atas izin Alloh, tidak berapa lama kemudian Hajar mengandung dan melahirkan seorang putra yang diberi nama Ismail. Nabi Ibrahim AS sangat bersuka cita. Namun Sarah yang semula begitu menyetujui pernikahan mereka, merasa cemburu melihat Hajar dapat memberi suaminya seorang putra.
“Kenapa bukan aku?” pikirnya.
Setelah kecemburuannya tak tertahankan lagi, ia meminta suaminya untuk mengusir Hajar.
“Suamiku, bawalah Hajar dan anaknya Ismail pergi dari sini, aku tidak tahan melihatnya,” pinta Sarah.
“Tapi, Hajar baru saja melahirkan dan Ismail masih bayi merah, tidak kasihankah engkau pada mereka?” tanya Nabi Ibrahim AS.
“Aku tidak dapat menahan kecemburuanku melihat anugerah yang diberikan Alloh pada Hajar, tolonglah bawa mereka pergi jauh-jauh!” Sarah memohon.
Nabi Ibrahim terdiam. Kemudian turunlah wahyu Alloh yang memerintahkannya untuk membawa Hajar dan Ismail ke sebuah gurun pasir. Maka ia segera menyiapkan perbekalan untuk perjalanan mereka. Esoknya berangkatlah ketiga anak beranak ini dari Palestina menuju gurun pasir yang tandus.
Berhari-hari mereka mengarungi gurun pasir yang tandus dan terik hingga tibalah mereka di suatu tempat yang sekarang bernama Mekah. Alloh memerintahkan Nabi Ibrahim untuk meninggalkan Hajar dan Ismail di tempat itu.
“Istriku, disinilah aku harus meninggalkan engkau dan Ismail. Sementara aku harus kembali ke Palestina dan meneruskan dakwahku,” kata Nabi Ibrahim AS.
Mendengar kata-kata suaminya, Hajar menangis karena ketakutan.
“Suamiku tegakah engkau meninggalkan aku dan anakmu yang baru lahir ini di padang tandus tak berpenghuni ini?” tangisnya. “Kemana nantinya aku encari perlindungan?”
“Hajar istriku. Tentu saja berat hatiku meninggalkan kalian berdua di sini. Tapi ini adalah perintah Alloh. Percayalah pada perlindungan-Nya. InsyaAlloh Ia akan selalu menolongmu,” kata Nabi Ibrahim AS.
Hajar segera menyadari tugas yang diemban suaminya sebagai Nabi, maka dengan ikhlas ia merelakan suaminya untuk kembali ke Palestina.
Nabi Ibrahim AS segera memanjatkan doa, memohon perlindungan Alloh untuk anak dan istrinya, “Ya Alloh lindungilah anak dan istriku dan muliakanlah tanah ini di kemudian hari.”
Kemudian dengan perasaan berat ia berpamitan kepada Hajar dan mencium kening Ismail.
Sepeninggal Nabi Ibrahim, Hajar terduduk di tengah gurun. Matahari seolah ingin membakar semua makhluk yang ada di bawahnya. Setan yang senang menggoda manusia, membisikkan pikiran-pikiran jahat di benak Hajar.
“Hai Hajar. Percayakah engkau dengan yang diucapkan suamimu? Alloh tidak mungkin memberikan perintah yang kejam. Itu pastilah akal-akalan suamimu untuk mengusir kalian,” bisiknya.
“Demi Alloh, aku percaya dengan kemuliaan suamiku. Pergilah dari pikiranku!” Hajar berbicara dalam batinnya.
Untuk menentramkan hati, Hajar memanjatkan doa kepada Alloh SWT, “Ya Alloh yang Maha Agung lindungilah hambaMu. Dan berilah hamba ketabahan serta kesabaran yang tinggi.”
Sebentar saja perbekalan mereka habis. Tak ada air yang tersisa. Ismail mulai menangis karena kelaparan dan kehausan. Hajar mencoba menyusuinya, namun tak setetes pun ASInya yang keluar. Ia mulai panik. Ia mencoba memeras kerudungnya, berharap ada keringatnya yang bisa diminum Ismail, tapi keringatnya pun kering. Ia meletakkan putranya di tanah.
“Anakku, tunggulah di sini. Ibu akan mencoba mencari air. Mudah-mudahan di bukit itu ada mata airnya,” kata Hajar.
Lalu ia berlari-lari kecil mendaki bukit Shofa hingga ke puncaknya. Alangkah kecewanya ia, karena tidak setetes air pun yang ditemukannya. Dari puncak bukit Shofa ia melihat bahwa di bukit satunya (bukit Marwah) sepertinya ada mata air. Maka ia kembali berlari menuruni bukit Shofa dan mendaki bukit Marwah. Namun ternyata yang dilihatnya hanyalah fatamorgana. Tak ada air di sana. Bukit itu sama tandusnya. Tiba-tiba ia melihat bahwa di bukit Shofa ada mata air.
Segera ia kembali menuju bukit Shofa dan menemukan bukit itu tandus. Ia terus berlari bolak-balik antara Shofadan Marwah hingga tujuh kali. Inilah nantinya yang dalam ibadah haji disebut Sa’i.
Hajar sangat kelelahan dan hampir putus asa. Tiba-tiba ia melihat Ismail yang masih menangis, menghentak-hentakkan kakinya ke tanah. Dari hasil hentakkannya itu keluarlah air yang memancar. Hajar segera berlari mendekati anaknya. Air iu memancar deras dan menyebar kemana-mana.
“Zam zam!” kata Hajar yang artinya ‘berkumpullah’.
Air itu kemudian berkumpul dan membentuk sebuah genangan yang luas. Dengan gembira Hajar memberi minum putranya hingga kenyang, lalu ia pun minum untuk menghilangkan dahaganya.
Nabi Sulaiman AS dan Ratu Bilqis
Posted in Al Kisah on 12/27/2008 by mtopan
Nabi Sulaiman AS dari negeri Ursyalim adalah putra nabi Daud AS yang memimpin negeri ini dengan sangat bijaksana. Negeri Ursyalim dikaruniai tanah yang subur dan diberikan curahan rizki yang berlimpah. Kerajaan Ursyalim merupakan kerajaan terkaya sepanjang masa. Tidak ada kerajaan manapun sebelum dan setelah kekuasaan nabi Sulaiman AS yang bisa menandingi kekayaannya. Negerinya begitu luas, bahkan di dalam istananya tebentang padang yang sebagian dihampari emas dan sebagian dihampari perak sebagai permadaninya. Dan jika tentaranya berbaris di padang itu, panjang barisannya tidak kurang dari 3 mil. Selain itu sebagai seorang nabi, nabi Sulaiman diberi mujizat yang luar biasa, dia menguasai bahasa binatang dan jin. Tidak heran jika kekuasaannya tidak hanya meliputi umat manusia tetapi juga menguasai kerajaan binatang dan kerajaan jin. Kendaraan nabi Sulaiman adalah angin, sehingga dia bisa sampai di suatu tempat hanya dengan hitungan detik.
Meski kerajaannya begitu luas, namun nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS dapat menjamin kemakmuran rakyatnya. Setiap hari beribu-ribu ternak dikurbankan dan dagingnya dibagikan kepada rakyat. Piring-piring sebesar kolam dan periuk-periuk yang tidak pernah meninggalkan tungkunya tersebar di wilayah kerajaan, sehingga rakyat tidak pernah kekurangan makanan. Selain itu kebijakan dan kearifan kedua nabi ini tidak perlu diragukan lagi.
Suatu hari nabi Sulaiman mendengar bahwa di sebuah negeri bernama negeri Shaba, ada seorang ratu yang kecantikannya tiada tara. Sayang rakyat di negeri itu masih menyembah matahari sebagai Tuhan mereka. Maka diutuslah seekor burung bulbul untuk menyampaikan surat kepada ratu Shaba. Isi surat itu adalah supaya negeri Shaba menyerahkan diri kepada negeri Ursyalim dan mengakui Alloh SWT sebagai Tuhan yang Esa.
Sementara itu ratu Shaba yang menerima surat tersebut, mengumpulkan majlisnya dan meminta pertimbangan. Ramailah suasana di dalam majlis itu. Sebagian menginginkan perang dan sebagian lagi mengusulkan untuk berdamai. Kebetulan saat menerima surat itu, negeri Syaba sedang mengalami musibah. Banyak warga Syaba yang terkena wabah yang mematikan, sehingga sebagian warga telah menjadi korban. Hal ini mebuat pertahanan negeri ini menjadi porak poranda. Dan berdasarkan pertimbangan itu pula ratu memutuskan untuk mengirimkan utusan yang akan mempersembahkan hadiah kepada raja Ursyalim sebagai tanda perdamaian. Namun ternyata raja Ursyalim menolaknya dan mengancam akan menyerang negeri syaba jika mereka tetap tidak mau bertobat.
Akhirnya ratu memutuskan untuk datang sendiri mengunjungi negeri Ursyalim untuk bertemu dengan nabi Sulaiman AS.
Perjalanan menuju Ursyalim membutuhkan waktu berhari-hari dan harus ditempuh dengan jalur darat dan laut. Namun lelahnya perjalanan itu terobati ketika melihat betapa indahnya negeri Ursyalim. Nabi Sulaimn AS sendiri yang menyambut rombongan ratu Syaba.
“Perkenankan aku memanggilmu Bilqis wahai ratu Shaba. Artinya adalah permaisuri yang cantik,” kata nabi Sulaiman yang membuat ratu Shaba itu tersipu.
Di depan gerbang istana ratu tercengang melihat kemegahan istana Ursyalim. Istana itu terletak seolah di tengah-tengah sebuah kolam yang sangat jernih.
Dan nabi pun berkata, “Wahai Bilqis masuklah engkau ke dalam istana!”
Maka ratu mengangkat sedikit roknya karena takut airnya akan membasahi roknya.
Melihat itu nabi menenangkannya dan berkata,”Jangan takut wahai Bilqis, sesungguhnya yang kaulihat ini bukan air melainkan kaca yang licin.”
Mereka lalu masuk ke dalam istana dan nabi Sulaiman mempersilahkan ratu Shaba atau ratu Bilqis untuk duduk di singgasana. Betapa terkejutnya ratu ketika menyadari bahwa singgasana yang akan didudukinya adalah tidak lain singgasananya sendiri yang seharusnya berada di negerinya.
“Apakah singgasana ini mirip dengan singgasanamu? Tanya nabi.
“Yah, memang mirip. Hanya saja ada beberapa permata yang hilang dari tempatnya,” jawab ratu sambil meneliti singgasana tersebut.
“Itu memang singgasanamu!” kata nabi.
“Bagaimanakah caranya singgasanaku bisa sampai kemari sementara aku menguncinya di negeriku?” tanya ratu.
“Tentu atas ijin Alloh, seseorang bisa membawanya kemari bahkan sebelum aku sempat berkedip,” kata nabi.
Ratu terkagum-kagum mendengar penjelasan nabi. Kini dia semakin yakin bahwa nabi Sulaiman bukan raja sembarangan.
Mereka lalu menuju taman istana dimana berbagai macam buah tumbuh subur dan di dalamnya mengalir sungai-sungai yang mengalirkan air dengan bermacam rasa. Sungguh anugrah Alloh yang luar biasa. Melihat semua peristiwa ini, ratu Bilqis menyatakan keimanannya kepada Alloh SWT dan mengakui nabi Sulaiman sebagai rosul utusan Alloh.
Ternyata pertemuan dua insan ini menimbulkan rasa cinta yang mendalam, sehingga nabi Sulaiman AS meminang ratu Syaba dan mereka pun menikah.
Cinta sejati mereka hanya terpisahkan ketika pada suatu hari di masa tuanya, nabi sedang mengawasi para jin bekerja lalu tiba-tiba jatuh tesungkur karena tongkat yang dipegangnya dimakan rayap. Rupanya nabi telah tiada sejak lama. Dan kalau bukan karena rayap yang menggerogoti tongkatnya hingga patah, tidak ada seorang pun yang menyangka bahwa nabulloh itu telah pergi. Subhanalloh semoga kita selalu menjadi hamba Alloh yang bersyukur. Amin.
Qorun dan Nabi Musa AS
Posted in Al Kisah on 12/27/2008 by mtopan
Pada jaman Nabi Musa AS menjadi pemimpin Bani Israil, ada seorang yang bernama Qorun. Awalnya Qorun adalah salah seorang pengikut Nabi Musa AS yang sangat taat beribadah. Karena sangat sibuk beribadah, Qorun tidak begitu peduli dengan masalah duniawi. Alhasil Qorun dan keluarganya hidup serba kekurangan. Namun, meski begitu Qorun termasuk ulama yang sangat disegani saat itu.
Istri Qorun, Ilza, tidak terlalu puas dengan kehidupannya. Dia sering mengeluh dan merengek agar Qorun mau lebih berusaha meningkatkan taraf hidup mereka. “Suamiku, sepertinya aku mulai bosan hidup miskin. Kenapa kita harus hidup menderita seperti ini padahal kau taat beribadah?” rengek Ilza pada Qorun. “Istriku, kenapa kau membandingkan kesenangan duniawi dengan kesenangan bathin? Ibadah adalah untuk membuat hati kita tenang, bukan untuk mencari kekayaan,” jawab Qorun. “Tapi aku juga ingin sekali-kali makan enak dan punya baju bagus seperti orang lain,” rengek Ilza. Qorun tertegun mendengar rengekan istrinya. “Maafkan aku istriku, aku tidak tahu kalau kau begitu menderita,” kata Qorun.
Suatu hari datanglah dua orang pria ke rumah Qorun. Mereka mengaku utusan raja Gholan yang membawa hadiah berupa uang emas yang banyak. “Maaf, kenapa saya harus menerima hadiah dari raja Gholan? Saya tidak mengenalnya, dan tidak merasa pernah berbuat kebaikan padanya. Jadi maaf, saya tidak bisa menerima pemberiannya,” kata Qorun. “Oh, tentu saja anda sangat berjasa. Bukankah anda adalah ulama besar yang mengajarkan kebaikan disini? Lagipula raja kami juga memberikan hadiah yang sama untuk ulama lainnya kok!” bujuk kedua utusan itu. “Ah tetap saja saya tidak bisa menerima hadiah ini. Pasti ada maksud lain dari pemberian ini,” pikir Qorun. “Maaf saya tidak bisa menerima pemberian rajamu. Sampaikan saja rasa terima kasihku!” kata Qorun pasti.
Berkali-kali kedua utusan itu datang, namun selalu ditolak oleh Qorun. Akhirnya mereka memutuskan unk datang saat Qorun tidak sedang berada di rumah dan menemui Ilza istri Qorun. “Ayolah nyonya, diterima saja hadiah ini. Nyonya bisa beli apapun yang nyonya mau,” bujuk mereka. “Benar juga,” pikir Ilza, “aku kan sudah lama ingin punya uang banyak.” Tapi dia lalu teringat suaminya yang tidak mau menerima hadiah itu. “Ah tapi saya juga takut nanti suamiku akan marah jika tahu aku menerima hadiah yang ditolaknya,” kata Ilza muram. “Nyonya jangan bilang dulu! Berikan saja suami nyonya masakan yang lezat. Dan nyonya juga harus berhias supaya suami nyonya terpesona. Maka suami nyonya dijamin tidak akan marah!” bujuknya. “Hmmmm, ada baiknya juga dicoba,” pikir Ilza. Maka dia menerima hadiah dari raja Gholan tersebut.
Sorenya saat Qorun baru pulang dari tempat ibadah, dia melihat istrinya telah memakai pakaian bagus dan kelihatan tampak cantik. Bukan itu saja, di meja makan telah terhidang makanan dan minuman yang sangat lezat. “Darimana kau dapat semua ini?” tanya Qorun heran. “Makanlah dulu, nanti akan kuceritakan,” kata Ilza berahasia. Kemudian setelah Qorun selesai makan dan minum, Ilza menceritakan apa yang terjadi. “Apa? Bukannya aku sudah menolak hadiah tak jelas itu? Kenapa kamu malah menerimanya?” tanya Qorun kaget. “Suamiku, bukankah kau juga senang bisa makan enak dan melihat istrimu berdandan?” rayu Ilza. “Tidak ada salahnya kan punya uang banyak? Toh kita masih bisa tetap beribadah,” lanjut Ilza. Qorun termenung. “Baiklah!” katanya. “Tapi jika nanti dia menuntut macam-macam, kita harus mengembalikan uangnya,” kata Qorun.
Karena terbiasa hidup enak, ibadah Qorun makin lama makin berkurang. Apalagi Ilza selalu melarangnya jika dia berniat untuk mengunjungi nabi Musa. “Bersama Nabi Musa hidup kita miskin. Lebih baik jauhi saja dia!” begitu terus kata Ilza. Lama kelamaan Qorun tidak pernah lagi beribadah. Kini dia mulai sibuk berniaga. Makin hari hartanya semakin banyak. Hingga akhirnya Qorun menjadi orang yang sangat kaya raya. Namun sayang, kini dia menjadi sombong dan pelit. Dia selalu ingin terlihat berkuasa dan gila pujian. Kekayaannya selalu dihitung sampai sedetil-detilnya, hingga kehilangan satu dinar pun dia pasti akan mengetahuinya.
Dongeng Jurig
Posted in Dongeng on 12/27/2008 by mtopanPOÉ geus reup-reupan. Reketek Mang Linta mageuhan beulitan sarung dina cangkéngna. Awakna ngan dibungkus kaos oblong doang. Ka handapna calana komprang. Manéhna geus siap-siap rék muru ranggon pangancoanana di tengah kali. Sanggeus sagalana bérés mah léos mangkat bari ngajingjing korang.
Cai laut anu mimiti pasang mimiti ngarayap ka girang. Di beulah kulon layung kari sadalis. Geuleuyeung, Mang Linta nyorongkeun sampanna ka tengah kali, diwelah lalaunan. Teu lila ge nepi ka handapeun ranggon.
Sabot nalikeun sampanna kana tihang ranggon parantina, layung tilem dina poékna peuting.
Barang nyedek ka isa, poék mani meredong. Pantes bé da bulan kolot, manjing ka lilikuran. Jaba geus ti beurang kénéh teduh angkleung-angkleungan, kos geus deukeut ka usum hujan.
Di saung ranggonna, di tengah kali, Mang Linta nganco dicaangan ku lampu gantung nu caangna mérékététét. Pikirna, sugan peuting ieu mah loba hurang nu kabawa palid ku cai pasang. Bari memener tali ancoanana,
pangangguran manehna nelek-nelek ranggon-ranggon nu séjén. Katoong paroék. Aya gé ka beulah girangna, célak-célak. Ka marana nu ngaranco téh? Gerentes Mang Linta.
Geus tilu kali ngangkat, encan baé nyugemakeun haténa. Kalah hayoh wé boboso nu kasair ku ancona téh. Geus lima. Rada beulah kénca – okosna mah rada beulah sisi –kadéngé ku Mang Linta kos aya nu keur ngajala.
Manéhna ngintip tina sela-sela hateup ranggon. Enya bé, aya sampan nu keur ngajala, dicaangan ku lampu cempor nu dibawana. Ngan teuing saha-sahana mah, da ku Mang Linta jelemana ngan katempo belegbegna. Tetempoan Mang Linta mah aya duaan, kos awéwé jeung lalaki. Lalakina nu nébar-nébarkeun jalana, awéwéna mupulan beubeunanganana. Biasana mah nu sok duaan ngajala jeung pamajikanana mah Si Jaé. Kitu sangkaan Mang Linta téh.
Diitung-itung, sakitu geus sababaraha kali ngangkat, can aya nu mucekil baé. Bisa diitung ku ramo angkatan nu ayaan mah. Lolobana mah ngeplos deui ngeplos deui. Caina geus tiis deui kitu? Gerentes Mang Linta. Tapi
barang tungkul ka handap, kaciri kénéh nyéotna cai pasang téh ka girangkeun. Boborélakan. Ceuk itungan mah, tangéh kénéh kana surut. Didédéngékeun deuih ku Mang Linta téh, sugan aya kécépét-kécépét tenggak hurang. Bet euweuh pisan. Nu loba kadéngé mah kalah ka tenggak lauk, mani kukucibekan di ditu di dieu. Kos lauk galedé deuih tina sora tenggakna mah. Piuntungeun nu ngajala.
Mang Linta tungtungna mah lelenggutan, kateluh ku tunduh. Awakna ngajoprak, ngaréngkol dina palupuh ranggon. Tadi téh kuduna mah manéhna hanjat, tapi kapaksa nagen-nagenkeun manéh. Ari rék balik, korang pan kosong kénéh. Ceuk pikirna, boro-boro bisa setor keur urang dapur, keur ududna sorangan gé can tangtu mahi. Sugan rada peuting turunna hurang téh. Nu matak tuluy ku manéhna ditungguan, ngahagalkeun balik rada telat.
Di ranggon ancoan nu di girang téa, anu lampuna célak-célak, ayeuna mah geus pareum, tandaning geus euweuh nu nungguan. Boa kari manéhna anu masih nagen téh. Tungtungna mah Mang Linta kateluh ku tunduh. Ari hurang ager bé euweuhan.
Hiji mangsa Mang Linta ngulisik, kagandéngan ku sora kukucuprakan gigireun ranggonna. Manéhna gigisik. Lol ka luar, béntang timur geus lingsir ngétan. Piraku Si Jaé can hanjat mah, sakieu wayah geus deukeut ka janari leutik? Rét ka lampu gantung, geus pareum. Ku angin okosna mah. Ancoanana ngeueum kénéh, teu kaangkat-angkat da kasaréan.
Manéhna memener sila bari ngaringkebkeun deui sarungna kana awak, nutupan hawa tiris nu nyelesep. Lol deui, nolokeun sirahna tina lawang ranggon, hayang sidik ka sora nu kukucuprakan. Enya bé aya parahu, teu jauh ti ranggon ranggonna. Barang manéhna rék nyorowok, rék nanya saha-sahana nu di parahu, ari gujubar téh, sora aya barang beurat nu dijubarkeun ka cai. Mang Linta kerung, tuluy nyidik-nyidik deui. Ditenget-tenget téh, belegbeg parahu teu robah-robah ayeuna mah, kos nu dijangkarkeun. Rét manéhna ka handap, cai geus nyéot palid ka hilir. Ari parahu angger nagen, padahal diwelah gé henteu. Teu katempo aya gantar deuih. Okosna mah tadi nu ngagujubar téh enya sora jangkar nu dialungkeun ka kali.
Beuki heran baé Mang Linta téh. Sisinarieun aya nu paparahuan peuting-peuting bari jajangkaran sagala. Ilok nu rek ngajala atawa mancing mah? Sakieu wayah geus liwat tengah peuting. Kitu gerentes Mang Linta.
Sajongjongan mah, hayoh baé manéhna nelek-nelek parahu. Sugan enya nu rék ngajala. Jeung mun enya jelemana wawuh, rék digeroan.
Tapi ditutungguan téh, ti lebah parahu teu kadéngé sora-sora ranté jala. Boa nu mancing. Ah, enya meureun nu mancing, da katempo tina belegbegna mah kalah ka dariuk. Tapi teu lumrah deuih wayah kieu aya nu
mancing, komo di tengah mah, gerentesna deui. Biasana gé malem Minggu loba nu mancing mah. Kitu gé naragogna téh di sisi kali bae, atawa dina parahu nu dicangcangkeun di sisi muara. Langka anu ngahaja ka girang mah. Pan ayeuna mah karak malem ….. Mang Linta nginget-nginget poé. Juma’ah ayeuna téh. Enya Juma’ah. Aéh, naha aing poho-poho teuing, gerentes Mang Linta kos nu reuwas. Paingan batur-batur aing teu ngaranco, da malem Juma’ah, gerentesna deui. Tapi leuwih ngarénjag Mang Linta téh, barang ti lebah parahu nu buang jangkar téa, kadéngé sora awéwé nyikikik.
Aya kana saparapat jamna Mang Linta samar polah di jero ranggonna. Rék ngangkat ancoan, bébérés terus hanjat, sieun ngagareuwahkeun anu keur otél dina parahu. Hanjakal teu hanjat ti tatadi. Mun ti tatadi mah, waktu nu dina parahu karak jol ka dinya, moal éra atawa sieun kos ayeuna meureun mun rék hanjat téh. Ayeuna mah, sasat manéhna geus nyaksian jeung nyaho sagala rupana nu dipilampah ku awéwé jeung lalaki nu otél dina parahu téa. Atuh ari rék kaluar ti ranggon téh ayeuna mah jadi serba salah. Leuheung lamun ituna teu nanaon ka manéhna. Kumaha lamun malik nuding ngintip ka manéhna. Eta deuih, bet kabina-bina teuing nu di parahu téh, kos teu boga curiga nanaon. Parangsana aman bé meureun, da aya di tengah-tengah kali.
Tungtungna mah Mang Linta kalah ka ngahéphép baé di ranggon. Rék ngangkat ancoan gé teu wanieun, da ngeueum ti saméméh kapulesan. Panonna rét deui rét deui ka lebah parahu. Najan enya ukur reyem-reyem,
tapi tina sora jeung robah-robahna nu ngabelegbeg mah, kaciri pisan, keur naon nu di parahu téh. Wayah beuki nyedek ka janari. Hawa beuki nyecep kana kulit.
Tungtungna mah Mang Linta ngarasa kaluman. Cindeten baé téh matak ngeselkeun baé haténa. Pitunduheun gé ngadadak musna. Antukna manéhna mikir, rék néangan jalan sangkan aya alesan bisa ninggalkeun ranggon. Rét kana ancoan anu masih kénéh ngeueum. Rét deui kana parahu nu buang jangkar. Sora-sora nu matak géték kana ceulina, terus baé kadéngé. Mun aing téh bisa ngaleungit, gerentesna.
Ah, rék lah-lahan baé, gerentesna deui. Ceg kana gagang ancoan. Saméméh ancoan diangkat, manéhna narik napas heula, kos keur ngawahan. Bari ngarérét ku juru panonna ka lebah parahu, jurungkunung ancoanana
diangkat. Waringna dijungjungkeun ka luhur bari digibrig-gibrig. Séah caina nyurulung. Ti dinya mah manéhna teu wanieun deui nempo ka lebah parahu. Nagen bé sajongjongan mah, bari nahan gagang ancoan sina angger ngajungjung. Dadana mah gegebegan, bareng jeung ngerecekna sora cai nu masih nyurulung tina waring anco. Rét kana eusi anco, rada mondoyot. Ditelek-telek rada ayaan. Talina gancang dikenyang, ngarah eusi anco téh arasup kana bubu handapeunana. Kerud téh, gerentes Mang Linta, ari geus wayah kieu karak ayaan.
Karak saenggeus sora kerecek cai jempé, jeung saenggeus gagang anco ditanggeuhkeun, manéhna lalaunan ngalieuk ka lebah parahu. Puguh bé ngaranjug deui Mang Linta téh, lantaran parahu téh geus euweuh ti
tempatna. Horéng geus aya di hilir, rada jauh. Kos diwelah semu rusuh, muru muara.
Mang Linta ngarénghap. Salila-lila manéhna ngajentul baé, bari teu miduli hawa janari nu beuki nyecep.
“ABAH sia, hudang!” ceuk pamajikan Mang Linta, bari ngageubig-geubig awak salakina. Mang Linta teu gancang hudang. Kalah ka ahah-uhuh, bari angger peureum. “Yeuh, hudang! Penting!” pokna deui. “Peuting manéh balik jam sabaraha?” Mang Linta nguliat. Panonna karancam-keureunceum.
Pokna bari rada kerung, “Ku naon kitu?” “Itu batur ribut jurig!”
“Jurig naon?” Mang Linta beuki kerung. “Teuing! Pajar ranggon ancoan urang aya jurigan!” “Diandel teuing, Écih!” ceuk Mang Linta, kos horéam ngajawab, perbawa tunduh nu ngagayot kénéh dina panonna. Manéhna terus hudang, jarugjag-jarigjeug leumpang muru téko dina méja patengahan.
“Itu ceuk urang lélang,” témbal pamajikanana bari angger hariweusweus.
“Kumaha cenah?” ceuk Mang Linta bari angger kos nu horéam ngajawab.
“Ceuk Si Daud mah, Pa Mantri Pulisi nu manggihanana!” “Ah, siah!” curinghak ayeuna mah Mang Linta teh, mata bolotot kos manggih kerud. Panonna mencrong ka pamajikanana.
“Ih teu percaya mah tanyakeun ka ditu!” Bi Écih daria pisan. “Éta manéh jam sabaraha balik?” “Soré kénéh…,” Mang Linta ngabohong. “Cai surut gé aing mah terus balik. Meunang sabaraha on hurang téh?” “Sakilo satengah. Teu kurang teu leuwih!” “Uyuhan meunang gé…,” ceuk Mang Linta bari nyérang ka luar.
Pamajikanana terus baé tatanya. Panasaran okosna mah. Mang Linta mah angger, ngajawabna téh kos nu purun kos nu henteu. Lolobana mah dijawab saliwatan bae, ku ngawadul sawaréh mah. Nempo kitu mah, Bi Écih gé jadi boseneun sorangan.
“Malem naon peuting téh?” Mang Linta api-api. “Juma’ah!” témbal pamajikanana. “Pantes rék aya jurig gé!” ceuk Mang Linta bari ngagoloyoh ka luar.
Enya bé, barang ku Mang Linta dipapaykeun ka RT, nu manggihan jurig téh cenah Pa Mantri Pulisi. Lengkepna mah dongéng nu manggihan jurig téh kieu. Pa Mantri peuting éta ngersakeun mancing di kali. Malah cenah
hayang di tengah mancingna téh. Ka RT ménta disadiakeun parahu. Mancingna dibarengan ku upas kacamatan. Tah, waktu keur anteng mancing di tengah téa, ujug-ujug aya nu ngajurungkunung ti jero cai, di
ranggon ancoan nu teu jauh ti dinya.
Salila ngadéngékeun, reuwas aya hayang seuri aya Mang Linta téh. “Enyaan duaan jeung upas mancingna?” pokna ka RT. “Apan aing mah nyaksian pisan koloyongna?” témbal RT. “Naha RT teu milu maturan atuh?”
“Ngajakan mah ngajakan Pa Mantri téh,” ceuk RT bari ngabéléhém, “Tapi pan aing kudu ka nu kolot, Linta. Teu dikiliran mah meureun ngamuk…”
PEUTINGNA deui, cara sasarina, Mang Linta turun deui ka kali, rék nganco. Rét ka ranggon-ranggon ancoan nu séjén, angger paroék. Teuing mémang ngambeu galagat keur euweuh hurang, teuing kapangaruhan ku dongéng jurig peuting tadi. Nu écés, Mang Linta teu wanieun ieuh betus ka nu séjén ngeunaan kasaksiaanana peuting tadi. Mana komo barang nyaho mun nu dina parahu téh Pa Mantri Pulisi.
Cara peuting tadi, hurang téh euweuhan bae. Tapi Mang Linta teu putus harepan, terus bé nagen. Ras inget kana angkatan nu panungtungan peuting tadi, geuning rada mondoyot. Boa enya, hurang téh ayaanana ka
janarikeun, mun cai geus malik surut ka hilir. Sial, peuting tadi kasaréan.
Tengah peuting, geus kareureuwasan deui Mang Linta téh. Ti hilir aya deui parahu nu ngadeukeutan ranggonna. Malah ayeuna mah teu buang jangkar, tapi tuluy ka kolong ranggon. Teu lila gé nu ngawelahna
nyalukan. “Mang Linta…?” cenah, rada halon, sada awéwé.
Puguh bé Mang Linta téh ngadégdég. Bulu pundukna tingpuringkak. Beuki ratug baé dadana barang kadéngé aya nu nérékél naék kana ranggonna. Lol nu naék téh beungeutna kacaangan ku lampu gantung. Lipenna mani burahay.
“Dédéh…?” ceuk Mang Linta, barang mireungeuh nu datang téh pamajikan RT nu ngora. Dédéh kalah nyéréngéh. Mang Linta sawan kuya. “Rék naon manéh peuting-peuting kieu?”
“Beubeunangan tadi peuting?” témbal Dédéh, kalah malik nanya. “Kuatan, mani nepi ka subuh,” pokna deui, bari gék seselepét milu diuk dina ranggon. Pagégéyé. Mang Linta samar polah. Komo barang Dédéh némpélkeun biwirna kana ceulina bari ngaharéwos, “Ulah bébéja ka sasaha nya!” cenah.
Dongeng Malin Kundang dan Jaka Tarub
Posted in Dongeng on 12/27/2008 by mtopanPak Asikin, seorang Guru SD yang kreatif namun pelupa, suatu saat mendongeng pada murid-muridnya. “Anak-anak… Di sebuah hutan di suatu masa ada pemuda yang suka berburu bernama Malin Kundang …” Seorang muridnya yang kritis, tahu kalau Pak Asikin keliru, sehingga ia menyela “Maaf, Pak… Pemburu itu “kan mestinya bernama…”
“Sssttt … Jangan memotong dulu … Kalau mau bertanya nanti saja …” sergah Pak Asikin. “Nah, saya teruskan ya … Suatu hari si Malin Kundang sedang berburu, dan di tengah hutan ada suatu telaga. Nah di tengah telaga itu dia melihat 7 bidadari sedang mandi … Dia pun mengintip ke-7 bidadari itu dari balik sebuah pohon besar”
Sementara murid-muridnya mulai senyam-senyum, sadarlah Pak Asikin bahwa ia keliru. Tapi ia terlalu gengsi untuk mengakui kesalahannya. Setelah berpikir sejenak, ia pun mendapat ide …
“Namun kemudian salah seorang bidadari terkejut melihatnya dan berseru : ‘Hei Malin Kundang, ngapain kamu di situ …Seharusnya kan Jaka Tarub yang ngintip kami di situ … ‘”
Seekor Kambing dan Serigala
Posted in Tak Berkategori on 12/27/2008 by mtopanSeekor serigala yang kehausan tiba di tepi sebuah telaga. Ketika hendak minum dilihatnya seekor kambing sedang minum juga di tempat itu. Namun tidak seperti kambing-kambing lainnya yang akan kabur bila melihatnya, kambing yang satu ini tetap tenang meneruskan minumnya. Dengan heran, serigala mendekati kambing.
“Halo kambing! Apa kabar?”sapanya
“Oh, kabar baik serigala. Bagaimana denganmu?” balas kambing.
“Baik juga,” jawab serigala. “Ngomong-ngomong kenapa kau tak takut melihatku? Bukankah biasanya teman-temanmu akan kabur bila melihatku?”
“Ah, kau lupa padaku?” tanya kambing. “Coba kau perhatikan aku baik-baik dan ingat-ingat, kau pasti mengenalku!”
Serigala mencoba untuk mengingat dimana dia pernah bertemu dengan kambng yang satu ini. Lalu tiba-tiba dia ingat, “o ya aku ingat! Bukankah kau kambing yang pernah menyelamatkanku?”
Serigala ingat, saat itu dia sedang asyik memakan daging sapi buruannya ketika tiba-tiba terdengar bunyi letusan senapan dan jeritan kambing. Rupanya kambing menyeruduk si pemburu sehingga bidikannya luput dan serigala selamat.
“Maafkan aku kawan,” kata serigala. “Tadi aku hampir tidak mengenalimu. Terima kasih karena kau telah menyelamatkanku!”
“Sama-sama kawan!” kata kambing. Lalu kambing pun berpamitan. Dalam hati kambing bersyukur karena tidak jadi dimangsa oleh serigala.